Kamis, 24 Februari 2022
Senin, 14 Februari 2022
Biografi Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asy’ari
Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asy’ari lahir dengan nama Mohammad Hasjim Asy’arie, tepatnya di Kabupaten Jombang pada tanggal 14 Februari 1871. Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari sepuluh bersaudara dengan sosok ayah bernama Kiai Asy’ari, pengasuh Pesantren Keras di Jombang sebelah Selatan.
Ia memiliki garis keturunan dengan Sultan Pajang (Jaka Tingkir/Adipati Adiwijaya) dan masih terkait dengan Raja Majapahit, Raja Brawijaya V. KH Hasyim Asy’ari mempunyai sanad keilmuan yang panjang. Tetapi dasar-dasar pelajaran agama Islam ia peroleh dari bimbingan sang kakek, yakni Kiai Usman yang juga seorang pimpinan Pesantren Nggedang di Jombang.
Sewaktu menginjak usia 15 tahun, Hasyim Asy’ari muda berkelana menimba ilmu dari berbagai tokoh dan pesantren. Beberapa di antaranya yang tercatat; Pesantren Siwalan di Sidoarjo, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang dan Pesantren Kademangan di bawah pengajaran Syaikhona Kholil (Bangkalan) bersama KH Ahmad Dahlan muda.
Beberapa tahun kemudian, setelah dianggap oleh Syaikh Kholil tamat, ia bersama tiga teman bergurunya disuruh pulang dan melanjutkan perjalanan masing-masing dengan dibekali barang sendiri-sendiri.
KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan diberi kitab untuk dingajikan ke Kiai Soleh Darat. Sementara dua teman yang lain; yakni Mbah Zahid (Kakek dari Emha Ainun Nadjib) diberi cincin, KH Romli diberi pisang emas.
Dari bimbingan Syaikh Kholil, lalu dilanjutkan oleh Kiai Soleh Darat, Hasyim Asy’ari melanjutkan pencarian ilmu ke Kota Mekkah. Setibanya di sana, awalnya KH Hasyim Asy’ari mengaji Shahih Bukhori di bawah bimbingan Syaikh Mahfudz dari Tremas (Pacitan). Sejak itulah, KH Hasyim Asy’ari mulai mencintai hadits, sekaligus mendalami ilmu tasawuf serta tarekat qadiriyah dan naqsabandiyah.
Selain kepada Syaikh Mahfudz, KH Hasyim Asy’ari juga menimba ilmu dari Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang ahli di bidang ilmu falak, ilmu hisab (matematika) dan fiqih madzhab Syafi’i.
Pada saat kembali ke bumi kelahirannya, KH Hasyim Asy’ari pun mendirikan Pesantren Tebuireng dengan bantuan Mbah Zahid pada tahun 1899. Beliau mengisi pengajian hadits dan mempopulerkannya—karena pada masa itu kebanyakan Pesantren terlalu fokus mengajarkan tarekat saja.
Setelah Pesantren Tebuireng sukses mendatangkan santri-santri dari berbagai penjuru Nusantara, dan jaringan terbangun semakin baik dengan para Kiai di Jawa Timur, KH Hasyim Asy’ari pun mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926 sebagai wadah kebangkitan para ulama untuk menyejahterakan umat dan lepas dari belenggu penjajah.
Bukti yang menunjukkan peran KH Hasyim Asy’ari sangat krusial ialah ketika Bung Tomo dan bahkan Bung Karno meminta fatwa dari beliau tentang hukum melawan penjajah. Dari situlah lahir “Resolusi Jihad” yang kemudian membuahkan perjuangan para pemuda pada tanggal 10 November di Surabaya melawan Belanda.
Namun, meski KH Hasyim Asy’ari adalah ulama kharismatik yang kedalaman ilmunya tidak diragukan, tetapi beliau tetap tidak lantas bersikap gagah dan tinggi hati. Justru karena kedalaman ilmu beliau lah yang menjadikannya sosok pengayom masyarakat yang welas-asih dan toleran.
Tentang sikap toleran KH Hasyim Asy’ari dapat teramati dalam kisah ketika salah seorang santrinya yang baru datang dari Yogyakarta hendak melaporkan sesuatu. Menurut pengakuan santri tersebut, ia melihat sekelompok aliran sesat. KH Hasyim pun bertanya-tanya mengenai aliran sesat tersebut. Santri lantas menjelaskan ciri-ciri aliran yang ditemuinya itu.
Ungkap sang santri bahwa aliran tersebut memiliki perbedaan yaitu tidak melaksanakan pembacaan qunut ketika Subuh dan pimpinannya bergaul dengan organisasi Budi Utomo. Ditanyakanlah oleh KH Hasyim Asy’ari siapa pemimpin dari kelompok tersebut. Santri menjawab Ahmad Dahlan.
Sontak KH Hasyim Asy’ari pun tersenyum sambil menyahut, “Oh, Kang Darwis, toh?” Setelah mendengarkan penuturan santri tersebut, beliau lantas menceritakan bahwa KH Ahmad Dahlan adalah temannya ketika di Mekkah. Beliau juga menjelaskan bahwa aliran yang dimaksud sang santri itu tidaklah sesat. Malah kemudian KH Hasyim Asy’ari berkata, “Ayo padha disokong!” (Ayo, kita dukung sepenuhnya).
Abu Musa meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Kaum mukmin adalah bersaudara satu sama lain. Ibarat dalam suatu bangunan, satu bagian memperkuat bagian lainnya.” Kemudian beliau menyelipkan jari-jari di satu tangan dengan jemari tangan lainnya agar kedua tangannya tergabung.
(HR. Bukhori)
Dari cerita di atas, ada hikmah berharga yang perlu untuk kita catat. Sikap KH Hasyim Asy’ari ketika mendengarkan penuturan santrinya tentang aliran sesat, beliau merespon dengan bijaksana yaitu menanyakannya secara detail terlebih dahulu sebelum memberikan pernyataan.
Kiai Tebuireng ini tidak tergesa-gesa memberikan judgement karena pengalaman selama di Timur Tengah telah memberikannya pandangan luas dan pemahaman yang baik tentang persoalan perbedaan furu’iyyah yang wajar terjadi.
Bahkan KH Hasyim Asy’ari ketika melihat potensi gesekan antara NU dan Muhammadiyah semakin tajam, beliau sempat menuturkan di hadapan para santrinya, “Kita dan Muhammadiyah itu sama. Kita taqlid qauliy (mengambil pendapat ulama salaf), mereka taqlid manhaji (mengambil metode).”
Dari sikap lemah lembut, arif dan bijaksana yang dimiliki Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, dapat kita renungkan secara bersama bahwa sekali lagi perbedaan itu wajar dan suatu keniscayaan.
Sikap yang perlu ditumbuhkan dalam diri kita adalah rasa saling menghargai dan menerima perbedaan tersebut untuk justru menikmatinya sebagai suatu anugerah, rahmat dan berkah dari Allah yang menjadikan dunia ini penuh warna. Bukankah seperti lukisan dan pelangi, dunia akan indah jika penuh dengan warna-warni? Wallahu A’lam. (M. Naufal Waliyuddin)
Sumber : NUonline
#KiaiHasyimAsyari
#HariCintaTanahAir
#IPNUIPPNUOmben
#PelajarNU
Jumat, 04 Februari 2022
PAC IPNU IPPNU Omben Bahas Konsep Peringatan Harlah
PAC IPNU IPPNU Omben Bahas Konsep Peringatan Harlah IPNU IPPNU ke 68-67
Omben (Serambi Pelajar)- Menjelang Hari Lahir (Harlah) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) ke 38-37, Pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Omben adakan rapat persiapan, Jum'at (04/02/22) Siang.
Ketua PAC IPNU Omben, Badrut Tamam menegaskan. Tujuan acara
ini semata-mata menjadikan IPNU IPPNU sebagai media informasi keterpelajaran.
"Bagaimana Harlah ini menjadi momentum untuk semakin semangat, inovatif, dan kreativ. Sehingga tersebarluaskan nilai-nilai ke NU an di kalangan Pelajar," tegasnya.
MODUL MAKESTA RAYA PAC. IPNU IPPNU OMBEN
Persiapan Konfercab PC IPNU Sampang sudah mencapai 95%
Tidak hanya itu, dia juga berharap semua pengurus bisa lebih
konsisten lagi dalam berkhidmah untuk agama dan bangsa.
"Bisa semakin memperlihatkan kontribusinya, dalam rangka turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa," imbuhnya.
Rapat tersebut sekaligus sebelumnya sudah dibahas tentang
mekanisme pemberangkatan Silaturahmi Daerah (SILATDA) yang diadakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul
Ulama (PCNU) Kabupaten Sampang. -Al
Jumat, 28 Januari 2022
Persiapan Konfercab PC IPNU
Persiapan Konfercab PC IPNU Sampang sudah mencapai 95%
Sampang (Serambi Pelajar)- Menjelang Konferensi Cabang
(KONFERCAB) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) ke 15 dan Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) ke 14 Kabupaten Sampang, kini persiapannya sudah
mencapai 95% setelah semua panitia bergerak di tugasnya masing-masing, Jum'at
(28/01/2022) Malam.
Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPNU, Rekan Farisi menyampaikan,
persiapan ini akan berlangsung hingga dirasa sudah cukup.
"Setiap acara pastilah ada sesuatu yang tertinggal
untuk disiapkan, meskipun sebelumnya sudah dirasa final. Saya rasa sepantasnya
panitia bekerja ekstra untuk meminimalisir persiapan yang terlewati,"
ujarnya.
Disamping itu pemuda yang akrab dipanggil Farisi tersebut
menambahkan, sejauh ini persiapan KONFERCAB sudah dibilang final.
PAC IPNU IPPNU Kecamatan Omben Adakan Upgrading Kepengurusan Dan Program Kerja (Proker)
"Sejauh yang saya pantau, sebenarnya sudah selesai
semua. Tinggal sedikit yang belum, itupun tidak terlalu memakan waktu lama
dalam pengerjaannya. Seperti banner yang belum,"imbuhnya.
Selain itu dia juga sangat mengapresiasi kinerja dari
seluruh panitia. -Al
Sabtu, 22 Januari 2022
PAC IPNU IPPNU Kecamatan Omben adakan Upgrading Kepengurusan dan Program Kerja (Proker)
PAC IPNU IPPNU Kecamatan Omben adakan Upgrading Kepengurusan dan Program Kerja (Proker)
Omben (Serambi Pelajar)- Untuk mengukur pencapaian kinerja kepengurusan selama 6 Bulan terakhir (Satu Semester), kini seluruh pengurus PAC IPNU IPPNU Kecamatan Omben adakan Upgrading Kepengurusan dengan tema "Membentuk kerjasama tim untuk meraih tujuan bersama," Sabtu (22/01/22) Pagi.
Ketua PAC IPNU Omben, Badrut Tammam mengajak dalam sambutannya, untuk merefleksikan janji yang sudah diikrarkan dalam pelantikan pada bulan Maret 2021 lalu.
"Kita pernah bersumpah dan berjanji dengan kalimat yang sama secara bersama-sama untuk mengabdi dan berkhidmah di organisasi. Silahkan itu direnungkan kembali," ajaknya.
"Satu semester yang kita jalankan selama satu semester lalu bisa kita evaluasi dan benahi, sehingga untuk penyusunan Proker satu semester kedepan bisa lebih maksimal lagi," ujarnya.
Sebagai penutup musyawarah yang terdiri dari beberapa agenda acara tersebut, sedang berlangsung hingga nanti malam. -Al
Jumat, 08 Oktober 2021
Kegiatan Makesta VIII PKPP. IPNU DARUL ULUM
Kegiatan Makesta VIII PKPP. IPNU DARUL ULUM Gersempal
Serambi Pelajar - Dijaman modern seperti ini, sangat jarang
para pelajar yang semangat untuk berorganisasi. Hal tersebut terlihat pada
semangat para peserta Makesta (Masa Kesetiaan Anggota) Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Pengurus
Komisariat Darul Ulum Gersempal.
Makesta merupakan gerbang awal para pelajar Nahdlatul Ulama
untuk masuk sebagai anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Pengkaderan tahap Ke-8 ini dilaksanakan
pada hari kamis, tanggal 7-8 Oktober 2021.
Bertempat di Pondok Pesantren Darul Ulum yang diikuti oleh
80 peserta.
Kegiatan Makesta berisi beberapa macam materi Ke-NU-an,
Ke-aswajaan, Ke-IPNU-an, Ke-IPPNU-an, Kepemimpinan, Manajemen Organisasi dan
lainya.
Ketua PAC IPNU Kecamatan Omben Rekan Badrut Tammam berharap
“kegiatan ini dapat dilakukan dengan serius, sesuai dengan Prinsip
Kaderisasi yaitu optimalisasi proses kaderisasi menuju keberlangsungan
organisasi Nahdlatul Ulama yang lebih baik.”
Serta dapat menghasilkan kader-kader yang militan dan siap
untuk berjuang. Tidak hanya digunakan sebagai ajang pengkaderan, kegiatan
Makesta ini juga merupakan sesuatu yang wajib diikuti oleh seluruh santri PP.
Darul Ulum. Sehingga dapat menjadi penerus para sesepuh NU kedepannya.
Terdapat beberapa hal yang unik. Sebagai contoh, disela-sela
materi kegiatan dikemas dengan kegiatan menarik yaitu adanya games dan beberapa
permainan dari pengurus PKPP IPNU Darul Ulum, untuk menambah kesan menarik
kegiatan Makesta. Menjelang akhir kegiatan, diadakan pembaiatan untuk calon
pengurus IPNU di Pondok Pesantren Darul Ulum Gersempal Omben Sampang.
Tindak lanjut dari Makesta ini diharapkan mereka dapat
menjadi Kader yang berkualitas serta bertanggung jawab dan dapat menjadi
generasi penerus dalam ranah IPNU
Selasa, 27 Juli 2021
Kiai Marzuki kirim undangan ke civitas akademika Unesa
Kiai Marzuki kirim undangan ke civitas akademika Unesa, jangan lupa berdoa
Surabaya, Dari NU Online Jawa Timur, Berbagai aspek negara
telah melakukan berbagai upaya untuk menghadapi pandemi Covid-19. Termasuk
civitas akademika Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Pada Sabtu (24/07/2021),
seluruh pejabat, dosen, pendidik dan mahasiswa menggelar Festival Istigoza dan
Doa Bersama Keamanan Nasional.
Acara digelar secara online dan dihadiri hampir 800 orang,
termasuk KH Marzuki Mustamar, Ketua Pengurus Daerah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa
Timur.
“Tetap laksanakan tugas selaku civitas akademika Unesa,
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan,” kata Kiai Marzuki.
Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Malang ini juga berpesan
agar masyarakat tidak terlalu terkungkung dalam ketakutan.
“Hendaknya tetap berikhtiar menjaga kesehatan dengan
berolahraga, asupan makanan bergizi, mengonsumsi bawang putih dua hari sekali
untuk memperkuat imun tubuh dan tak lupa berdoa pada Allah,” pesannya.
Secara khusus, dosen di Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang tersebut mengingatkan justru pandemi dapat dijadikan
sarana untuk taqarrub atau kian dekat kepada Allah SWT.
“Kalo kepepet, mepeto (jika terdesak, maka hendaknya makin
mendekat kepada Allah, red),” terang dia. Proses mendekat ini bisa dengan
rangkaian pembacaan dzikir dan hizib, lanjutnya.
Lebih lanjut, Kiai Marzuki juga menyampaikan pesan agar
warga Unesa menjadi pengawal tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
“Saya berharap agar para civitas akademika Unesa tidak ada
yang terpapar paham-paham radikal dan tetap humanis dan wasathiyah,” pintanya.
Kiai Marzuki juga menyampaikan terima kasih kepada Rektor
Unesa dan segenap pimpinan yang telah memfasilitasi pemberian beasiswa
keagamaan yang banyak membantu santri berprestasi.
Bacaan istighotsah dipimpin oleh Katib Syuriyah PWNU Jawa
Timur, KH Syafruddin Syarif, yang juga menutup doa di akhir sesi. Kegiatan
diikuti Rektor Unesa, Prof Nurhasan, sejumlah wakil rektor, serta civitas
akademika lainnya.
Editor : Rekan Rizal