Kamis, 24 Februari 2022

Biografi Juri Lomba Baca Puisi

Lomba Baca Puisi Sudah Dekat, Yuk Tengok Biografi Juri Kita Royyan Julian  


Serambi Pelajar - Royyan Julian lahir pada tanggal 03 Juli 1986 di Pamekasan, Juga belajar di Universitas Negeri Malang dan Universitas Gadjah Mada. Bukunya antara lain: Sepotong Rindu dari Langit Pleiades (2011—memenangkan lomba kumpulan cerpen LeutikaPrio), Tandak (2015—memenangkan Sayembara Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur), Metafora Ricoeurian dalam Sastra (2016), Tanjung Kemarau (2017), Biografi Tubuh Nabi (2017), Rumah Jadah (2019), Ludah Nabi di Lidah Syekh Raba (2019),  dan Pendosa yang Saleh (2021). Diundang sebagai penuli semerging di Ubud Writers & Readers Festival 2016. Tahun 2019 menerima penghargaan sastra dari Gubernur Jawa Timur. Menerima dua beasiswa residensi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Residensi Penulis Indonesia 2019 (Komite Buku Nasional) dan Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Wilayah 3T 2020 (Badan Bahasa). Ia akademisi kambuhan yang tinggal di Pamekasan, bergiat di sejumlah komunitas, dan hobi nongkrong bareng teman-temannya di kedai kopi. Al

 

Senin, 14 Februari 2022

Biografi Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asy’ari


Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asy’ari lahir dengan nama Mohammad Hasjim Asy’arie, tepatnya di Kabupaten Jombang pada tanggal 14 Februari 1871. Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari sepuluh bersaudara dengan sosok ayah bernama Kiai Asy’ari, pengasuh Pesantren Keras di Jombang sebelah Selatan. 

Ia memiliki garis keturunan dengan Sultan Pajang (Jaka Tingkir/Adipati Adiwijaya) dan masih terkait dengan Raja Majapahit, Raja Brawijaya V. KH Hasyim Asy’ari mempunyai sanad keilmuan yang panjang. Tetapi dasar-dasar pelajaran agama Islam ia peroleh dari bimbingan sang kakek, yakni Kiai Usman yang juga seorang pimpinan Pesantren Nggedang di Jombang.

Sewaktu menginjak usia 15 tahun, Hasyim Asy’ari muda berkelana menimba ilmu dari berbagai tokoh dan pesantren. Beberapa di antaranya yang tercatat; Pesantren Siwalan di Sidoarjo, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang dan Pesantren Kademangan di bawah pengajaran Syaikhona Kholil (Bangkalan) bersama KH Ahmad Dahlan muda.

Beberapa tahun kemudian, setelah dianggap oleh Syaikh Kholil tamat, ia bersama tiga teman bergurunya disuruh pulang dan melanjutkan perjalanan masing-masing dengan dibekali barang sendiri-sendiri. 

KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan diberi kitab untuk dingajikan ke Kiai Soleh Darat. Sementara dua teman yang lain; yakni Mbah Zahid (Kakek dari Emha Ainun Nadjib) diberi cincin, KH Romli diberi pisang emas.

Dari bimbingan Syaikh Kholil, lalu dilanjutkan oleh Kiai Soleh Darat, Hasyim Asy’ari melanjutkan pencarian ilmu ke Kota Mekkah. Setibanya di sana, awalnya KH Hasyim Asy’ari mengaji Shahih Bukhori di bawah bimbingan Syaikh Mahfudz dari Tremas (Pacitan). Sejak itulah, KH Hasyim Asy’ari mulai mencintai hadits, sekaligus mendalami ilmu tasawuf serta tarekat qadiriyah dan naqsabandiyah.

Selain kepada Syaikh Mahfudz, KH Hasyim Asy’ari juga menimba ilmu dari Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang ahli di bidang ilmu falak, ilmu hisab (matematika) dan fiqih madzhab Syafi’i.

Pada saat kembali ke bumi kelahirannya, KH Hasyim Asy’ari pun mendirikan Pesantren Tebuireng dengan bantuan Mbah Zahid pada tahun 1899. Beliau mengisi pengajian hadits dan mempopulerkannya—karena pada masa itu kebanyakan Pesantren terlalu fokus mengajarkan tarekat saja.

Setelah Pesantren Tebuireng sukses mendatangkan santri-santri dari berbagai penjuru Nusantara, dan jaringan terbangun semakin baik dengan para Kiai di Jawa Timur, KH Hasyim Asy’ari pun mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926 sebagai wadah kebangkitan para ulama untuk menyejahterakan umat dan lepas dari belenggu penjajah.

Bukti yang menunjukkan peran KH Hasyim Asy’ari sangat krusial ialah ketika Bung Tomo dan bahkan Bung Karno meminta fatwa dari beliau tentang hukum melawan penjajah. Dari situlah lahir “Resolusi Jihad” yang kemudian membuahkan perjuangan para pemuda pada tanggal 10 November di Surabaya melawan Belanda.

Namun, meski KH Hasyim Asy’ari adalah ulama kharismatik yang kedalaman ilmunya tidak diragukan, tetapi beliau tetap tidak lantas bersikap gagah dan tinggi hati. Justru karena kedalaman ilmu beliau lah yang menjadikannya sosok pengayom masyarakat yang welas-asih dan toleran.

Tentang sikap toleran KH Hasyim Asy’ari dapat teramati dalam kisah ketika salah seorang santrinya yang baru datang dari Yogyakarta hendak melaporkan sesuatu. Menurut pengakuan santri tersebut, ia melihat sekelompok aliran sesat. KH Hasyim pun bertanya-tanya mengenai aliran sesat tersebut. Santri lantas menjelaskan ciri-ciri aliran yang ditemuinya itu.

Ungkap sang santri bahwa aliran tersebut memiliki perbedaan yaitu tidak melaksanakan pembacaan qunut ketika Subuh dan pimpinannya bergaul dengan organisasi Budi Utomo. Ditanyakanlah oleh KH Hasyim Asy’ari siapa pemimpin dari kelompok tersebut. Santri menjawab Ahmad Dahlan.

Sontak KH Hasyim Asy’ari pun tersenyum sambil menyahut, “Oh, Kang Darwis, toh?” Setelah mendengarkan penuturan santri tersebut, beliau lantas menceritakan bahwa KH Ahmad Dahlan adalah temannya ketika di Mekkah. Beliau juga menjelaskan bahwa aliran yang dimaksud sang santri itu tidaklah sesat. Malah kemudian KH Hasyim Asy’ari berkata, “Ayo padha disokong!” (Ayo, kita dukung sepenuhnya).

Abu Musa meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda: 

“Kaum mukmin adalah bersaudara satu sama lain. Ibarat dalam suatu bangunan, satu bagian memperkuat bagian lainnya.” Kemudian beliau menyelipkan jari-jari di satu tangan dengan jemari tangan lainnya agar kedua tangannya tergabung. 

(HR. Bukhori)

Dari cerita di atas, ada hikmah berharga yang perlu untuk kita catat. Sikap KH Hasyim Asy’ari ketika mendengarkan penuturan santrinya tentang aliran sesat, beliau merespon dengan bijaksana yaitu menanyakannya secara detail terlebih dahulu sebelum memberikan pernyataan.

Kiai Tebuireng ini tidak tergesa-gesa memberikan judgement karena pengalaman selama di Timur Tengah telah memberikannya pandangan luas dan pemahaman yang baik tentang persoalan perbedaan furu’iyyah yang wajar terjadi. 

Bahkan KH Hasyim Asy’ari ketika melihat potensi gesekan antara NU dan Muhammadiyah semakin tajam, beliau sempat menuturkan di hadapan para santrinya, “Kita dan Muhammadiyah itu sama. Kita taqlid qauliy (mengambil pendapat ulama salaf), mereka taqlid manhaji (mengambil metode).”

Dari sikap lemah lembut, arif dan bijaksana yang dimiliki Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, dapat kita renungkan secara bersama bahwa sekali lagi perbedaan itu wajar dan suatu keniscayaan. 

Sikap yang perlu ditumbuhkan dalam diri kita adalah rasa saling menghargai dan menerima perbedaan tersebut untuk justru menikmatinya sebagai suatu anugerah, rahmat dan berkah dari Allah yang menjadikan dunia ini penuh warna. Bukankah seperti lukisan dan pelangi, dunia akan indah jika penuh dengan warna-warni? Wallahu A’lam. (M. Naufal Waliyuddin)

Sumber : NUonline

#KiaiHasyimAsyari

#HariCintaTanahAir

#IPNUIPPNUOmben

#PelajarNU

Jumat, 04 Februari 2022

PAC IPNU IPPNU Omben Bahas Konsep Peringatan Harlah

PAC IPNU IPPNU Omben Bahas Konsep Peringatan Harlah IPNU IPPNU ke 68-67


Omben (Serambi Pelajar)- Menjelang Hari Lahir (Harlah) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) ke 38-37, Pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Omben adakan rapat persiapan, Jum'at (04/02/22) Siang.


Berbagai macam usulan konsep untuk memeriahkan acara tersebut mengisi berlangsungnya rapat itu, sehingga disepakati untuk dikemas dengan Pekan Pelajar.


Ketua PAC IPNU Omben, Badrut Tamam menegaskan. Tujuan acara ini semata-mata menjadikan IPNU IPPNU sebagai media informasi keterpelajaran.

"Bagaimana Harlah ini menjadi momentum untuk semakin semangat, inovatif, dan kreativ. Sehingga tersebarluaskan nilai-nilai ke NU an di kalangan Pelajar," tegasnya.

MODUL MAKESTA RAYA PAC. IPNU IPPNU OMBEN
Persiapan Konfercab PC IPNU Sampang sudah mencapai 95%

Tidak hanya itu, dia juga berharap semua pengurus bisa lebih konsisten lagi dalam berkhidmah untuk agama dan bangsa.

"Bisa semakin memperlihatkan kontribusinya, dalam rangka turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa," imbuhnya.


Rapat tersebut sekaligus sebelumnya sudah dibahas tentang mekanisme pemberangkatan Silaturahmi Daerah (SILATDA)  yang diadakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sampang. -Al

Jumat, 28 Januari 2022

Persiapan Konfercab PC IPNU

 Persiapan Konfercab PC IPNU Sampang sudah mencapai 95%

Sampang (Serambi Pelajar)- Menjelang Konferensi Cabang (KONFERCAB) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) ke 15 dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) ke 14 Kabupaten Sampang, kini persiapannya sudah mencapai 95% setelah semua panitia bergerak di tugasnya masing-masing, Jum'at (28/01/2022) Malam.

Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPNU, Rekan Farisi menyampaikan, persiapan ini akan berlangsung hingga dirasa sudah cukup.

"Setiap acara pastilah ada sesuatu yang tertinggal untuk disiapkan, meskipun sebelumnya sudah dirasa final. Saya rasa sepantasnya panitia bekerja ekstra untuk meminimalisir persiapan yang terlewati," ujarnya.

Disamping itu pemuda yang akrab dipanggil Farisi tersebut menambahkan, sejauh ini persiapan KONFERCAB sudah dibilang final.

PAC IPNU IPPNU Kecamatan Omben Adakan Upgrading Kepengurusan Dan Program Kerja (Proker)

"Sejauh yang saya pantau, sebenarnya sudah selesai semua. Tinggal sedikit yang belum, itupun tidak terlalu memakan waktu lama dalam pengerjaannya. Seperti banner yang belum,"imbuhnya.

Selain itu dia juga sangat mengapresiasi kinerja dari seluruh panitia. -Al